Tuesday, July 8, 2008

Iman, Perbuatan Baik dan Pembenaran

"Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." Yak. 2:17

Kontribusi pengajaran teologis Yakobus yang cukup kontroversial adalah tentang hubungan antara iman (faith), perbuatan-perbuatan baik (works) dan pembenaran (justification).

Yakobus menekankan bahwa kepercayaan yang benar harus diikuti dengan perbuatan yang benar (Yak. 2:17, 20, 26). Dia mengkhwatirkan tentang orang-orang yang membatasi iman hanya dengan pengakuan verbal saja (2:19) atau berpura-pura, tidak bersungguh-sungguh mengarapkan yang baik (15-16). Iman seperti ini adalah iman yang mati (ayat 17, 26) dan bebal (ayat 20) serta tidak akan bermanfaat pada hari penghakiman (ayat 14). Iman seperti ini, seperti yang Yakobus katakan, iman yang diakui oleh banyak orang (ayat 14), yang tidak sama dengan iman yang diajarkan oleh Yakobus. Yakobus melihat iman sebagai sebuah keyakinan, ketetapan hati yang tidak terselubung bagi Allah dan Kristus (lihat 2:1) yang diuji dan disaring dengan pencobaan -pencobaan (1:2, 4) dan yang mengandung berkat Allah dalam doa (1:5-8; 5:14-18). Adalah salah jika menganggap konsep iman milik Yakobus sebagai bagian lain atau berbeda dengan ajaran Paulus atau Kristen. Sebaliknya, ajaran Paulus dan Yakobus sepakat dan saling melengkapi. Sebagaimana Paulus sendiri mengatakan di Galatia 5:6, "hanya iman yang bekerja oleh kasih" yang berkenan kepada Allah dan Yakobus mencatat, "iman tanpa perbuatan adalah mati. Di sisi lain, Yakobus dan Paulus dianggap tidak sepakat: mengajarkan iman sebagai syarat pembenaran. Paulus menekankan bahwa, iman saja cukup untuk membenarkan: "karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat" (Rom.3:28). Sedangkan, Yakobus mengklaim bahwa, "manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman." (Yak. 2:24). Beberapa orang telah melihat dua perspektif ini sebagai kontradiksi, dan menganggapnya sebagai dua reprensentatif permasalahan doktrin keselamatan dalam gereja perdana. Padahal dalam pengertian yang sebenarnya tidaklah seradikal itu. Berdasarkan konteks masing-masing, dan dengan berhati-hati memperhatikan penggunaan istilah-istilah kunci yang mereka gunakan, maka kita dapat dengan mudah mengharmoniskan kedua pandangan ini.

Pertama, Paulus dan Yakobus mengkombinasikan dua permasalahan yang berbeda. Paulus mempertentangkan suatu kecenderungan orang Yahudi yang mengandalkan Hukum Taurat untuk keselamatan. Sedangkan, Yakobus berjuang melawan sikap yang membelokkan doktrin ortodoks; oleh iman saja. Secara wajar, apa yang mereka katakan dalam kasus ini merupakan dua perspektif yang berbeda.

Kedua, Paulus mengklaim bahwa seseorang tidak dapat dibenarkan atas dasar perbuatan hukum yang menyebutkan bahwa pekerjaan baik yang mendahulu pertobatan. Sedangkan Yakobus berbicara tentang pekerjaan baik yang berasal dan dihasilkan oleh iman: pekerjaan baik didahului oleh pertobatan. Pekerjaan baik yang dilakukan sebagai akibat dari iman di dalam Kristus.

Ketiga, yang paling penting di sini adalah masalah pembenaran (justification). Dalam membicarakan tentang pembenaran ini, Paulus dan Yakobus sedang berbicara tentang dua hal yang berbeda. Paulus menggunakan kata kerja bahasa Yunani, dikaioo, justify, untuk menggambarkan dinamika aktivitas rahmat Allah yang memberikan kepada orang berdosa sebuah status baru. Status baru bagi orang berdosa ini didasarkan pada kesatuan orang berdosa dengan Kristus melalui iman. Oleh sebab itu, menurut Paulus, dikaioo adalah sebuah tema yang meruju kepada pemindahan seseorang dari kuasa dosa dan kematian ke dalam kuasa kekudusan dan kehidupan. Sedangkan Yakobus, menggunakan istilah dikaioo, dengan arti yang didukung dalam Perjanjian Lama, dalam sumber-sumber Yahudi, dan di dalam Injil Matius (misalnya, di 12:37). Yakobus merujuk kepada sebuah keputusan yang didasarkan pada fakta-fakta dan kasus-kasus aktual: Allah membenarkan seseorang berdasarkan perbuatan yang berdasarkan iman. Paulus melihat pada permulaan kehidupan Kristen. Sedangkan, Yakobus melihat akhir kehidupan Kristen. Paulus membuat menjelaskan bahwa oleh iman saja kita masuk ke dalam sebuah persekutuan dengan Allah. Sedangkan Yakobus mengajarkan bahwa persekutuan atau hubungan dengan Allah itu diteguhkan dan ditunjukkan dengan perbuatan yang keluar dari iman inilah yang akan digunakan oleh Allah pada saat penghakiman terakhir sebagai bukti dari kemurnian kesatuan kita dengan Kristus.

[Sumber: Walter A. Elwell, EDBT: "James, Theology of" (G.R. Michigan: BakerBook, 1996), 386-387.]

No comments: