Tuesday, July 8, 2008

Kesaksian

THE PASSION OF JIM CAVIEZEL

Jim Caviezel adalah aktor Hollywood yang memerankan Tuhan Yesus dalam Film “The Passion Of Jesus Christ”. Berikut refleksi atas perannya di film itu.

JIM CAVIEZEL ADALAH SEORANG AKTOR BIASA DENGAN PERAN2 KECIL DALAM FILM2 YANG JUGA TIDAK BESAR. PERAN TERBAIK YANG PERNAH DIMILIKINYA (SEBELUM THE PASSION) ADALAH SEBUAH FILM PERANG YANG BERJUDUL “ THE THIN RED LINE”. ITUPUN HANYA SALAH SATU PERAN DARI BEGITU BANYAK AKTOR BESAR YANG BERPERAN DALAM FILM KOLOSAL ITU.

Dalam Thin Red Line, Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuhpun mengepung dan membunuhnya. Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya, menunggu orang yang tepat untuk memerankannya.

“Saya terkejut suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah…, Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan memerankannya? Mereka pasti bercanda.

Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, “Hallo ini, Mel”. Kata suara dari telpon tersebut. “Mel siapa?”, Tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu actor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya.

Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film2 lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek alamik, bahasa yang digunakan pada masa itu.

Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah resiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai actor di Hollywood.

Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood . Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.

Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan padanya. “Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?” Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di “Thin Red Line”. Baiklah Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung resikonya, mari kita buat film ini!

Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, dapatkah saya melakukannya? Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membingungkan saya, karena begitu banya referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda.

Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunanNya melakukan semua ini. Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seorang yang dalam hubungan denganNya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya.

Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlit bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya.

Saya kemudian mencoba peruntungan dalam casting-casting, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran munkin menjadi jalan hidup saya. Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar casting.

Dan kini saya telah berada dipuncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan semuanya, dan membawaku sampai disini. Engkau yang mengalihkanku dari karir di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apapun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendakMu.

Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya.

Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga.

Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis.

Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu. Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini. Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya.

Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan ditanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan.

Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang biasa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.

Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwaNya.

Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang (setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini). Dan sayapun tidak sadarkan diri.

Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak “dia sadar! dia sadar!” (dalam kondisi seperti ini mustahil bagi manusia untuk bisa selamat dari hamtaman petir yang berkekuatan berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi disini).

“Apa yang telah terjadi?” Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.

Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya, “Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan”? Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.

Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh… itu sangat luar biasa… mengagumkan… tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada disitu, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diriNya sendiri.

Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan.

Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.

Saya harap mereka yang menonton The Passion Of Jesus Christ, tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa.

Tetap pandang hanya pada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain. Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda. Amin.

“TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA”

Tuhan Selamatkan Aku Dari Kecelakaan Maut

Sumber Kesaksian: Hermanus Handoko


Saya adalah Lettu Teknik Hermanus Handoko yang dilahirkan pada tanggal 6 April 1961 dalam kalangan orang Jawa di daerah sejuk dekat rumah retreat Katolik Lavena, Pring Sewu kampung Padang Bulan Bandar lampung. Saya putra kedua dari delapan bersaudara. Ayah saya bernama Wakidi dan ibu saya yang sudah almarhum Aluwisia Sarijah.

Saya menikah pada tanggal 7 Nopember 1990 dengan seorang gadis yang bernama Agnes Dwi Kasih Sungkowowati di Bandar Lampung. Perjumpaan kami terjadi di daerah candi Prambanan yang diawali dengan kegiatan gereja. Pada waktu itu saya adalah seorang pemuda Katolik yang rajin dan Agnes adalah pemudi GKJ Prambanan. Kami sempat berpisah beberapa tahun lalu berjumpa lagi di Bandung. Ketika itu Agnes telah selesai studi di Yogyakarta dan melamar untuk menjadi Wanita Angkatan Udara (WARA) TNI. Saat berjumpa lagi itulah saya jatuh cinta kepada Agnes.

Saat ini kami telah menikah dan dikaruniai Tuhan dua putra yaitu Stevanus Wiga, 14 tahun dan Andreas Dani, 10 tahun. Kami tinggal di rumah dinas TNI AU, Husein Sastranegara sejak tahun 1990 sampai sekarang. Saya sehari-hari bekerja di Landasan Udara Sulaeman bagian Operasi Sibinpot Dirga dan isteri mengabdikan diri sebagai guru agama di Sekolah Menengah Pertama Sumatera 40 Bandung.

24 Februari 2006

Pada hari Jumat sore tanggal 24 Februari 2006 Hermanus menerima sms dari alm. Kapten Pilot Arif Mulyawan, penerbang IPTN yang mengajaknya terbang ke Bali.
“Sore itu saya mendapat sms untuk membantu rekan saya untuk mengisi bahan bakar pesawat mengingat pesawat itu akan digunakan untuk penerbangan ke Bali.”

Hermanus segera berangkat menuju ke lokasi untuk pengecekan dan pengisian bahan bakar pesawat. Setelah mengurus surat-surat, sore itu juga Hermanus mengisi bahan bakar pesawat karena hanya tinggal 60 liter.

Keesokan paginya...

Keesokan harinya pada jam setengah enam pagi alm. Kapt. Pilot Arif menghubungi Hermanus untuk kepastian keberangkatan mereka ke Bali.
“Pagi-pagi sekitar ½ 6 saya mendapat sms dari alm.Kapt. Pilot Arif yang mengatakan ‘Pak, kita jadi berangkat ke Bali sekarang’. Saya dengan istri cepat-cepat melakukan persiapan untuk berangkat ke bandara. Saya cek pesawat itu kembali karena sudah semalam. Dari bahan bakar, oli sampai keadaan posisi pesawat ternyata bagus.”

Sebelum ke Bali pesawat yang ditumpangi Hermanus akan ke Jakarta terlebih dahulu. Pesawat dengan tipe super rable dengan tipe 2500 tersebut ditumpangi oleh Arif sebagai pilot, Hermanus sebagai mekanik dan seorang teman Arif yang kebetulan ikut ke Jakarta.

“Saya meminta isteri untuk mengantarkan saya ke bandara. Sebelum keberangkatan saya, isteri mengatakan kepada saya saat itu ‘Tuhan menyertaimu pak’. Saya sendiri berangkat terasa ringan dan sepertinya tidak ada beban. Saya merasakan senang sekali karena sebagai mekanik pesawat, saya ditugaskan untuk menguji kelayakan seluruh badan pesawat, bahan bakar, oli dan lain-lain. Setelah semuanya diperiksa dan pesawat itu laik terbang, kami bertiga (saya, alm. Arif Mulyawan dan alm. Imam Santoso) berangkat dari Bandung (take off) menuju bandara Halim di Jakarta pada jam 07.30 WIB, dan kami tiba di Jakarta pada jam 08.10 WIB.”

Ketika sedang landing, Hermanus sempat merasakan suatu firasat buruk.
“Pada saat mau landing, landasan itu tertutup oleh awan hitam. Saya juga sempat kaget. Sambil belok ke kanan untuk menghindar, kami masih bisa lihat landasan. Langsung kami masuk menuju landasan untuk landing.”

Setibanya di Jakarta, dilakukan kembali pengisian bahan bakar pesawat.
“Saat itu bahan bakarnya memang sudah minim sekali sehingga didatangkanlah tanker untuk pengisian bahan bakar kembali.”

“Sesampainya di bandara Halim seperti biasa saya langsung menelepon isteri untuk memberitahukan kalau saya sudah mendarat dengan selamat dan mengabarkan akan berangkat ke Semarang. Setelah itu kami ditambah satu orang lagi yaitu Ir. Firman Sunoto, menjadi berempat melanjutkan perjalanan dari bandara Halim ke bandara Ahmad Yani di Semarang pada jam 08.40 WIB, dimana pada waktu itu kondisi cuaca sangat cerah dan pesawat yang kami tumpangi dapat take off dengan baik.”

Di Udara Mesin Sudah Mati

Dalam penerbangan ke Semarang, kemudi dikendalikan oleh co-pilot.
“Supaya familiar. Dengan rencana setelah sampai sana, co-pilot ini nanti yang membawa pesawatnya kembali ke Jakarta. Pilotnya itu cuma memonitor saja.”

Pesawat menyusuri daerah Saguling dengan ketinggian 5000-5500 feet.
“Kami melihat ke kiri dan kanan untuk mengecek kondisi pesawat siapa tahu ada kelainan baik dari wing atau mungkin ada kebocoran dari bahan bakar tapi ternyata tidak ada. Jadi kami berjalan sambil bercanda, menghilangkan ketegangan.”

Ketika sedang melintasi daerah Kalijati, Hermanus sempat bertanya pada pilot.
“’Kalijati sudah lewat belum?’ ‘Sudah pak, itu di belakang.’ Tadinya rencananya seandainya belum lewat, kami akan mengadakan pendaratan dulu untuk cek mesin.”

Dalam hitungan detik setelah Hermanus bertanya, suatu peristiwa yang paling mengerikan akan dialaminya.
“Mesin itu mati. Co-pilotnya agak kebingungan akhirnya diambil alih sama pilot. Distater lagi di atas tidak mau, dicoba sampai tiga kali tetap tidak mau. Akhirnya kita putuskan untuk landing secara darurat.”

“Kejadiannya begitu cepat dan saya hanya bisa pasrah. Ketika mesin pesawat mati, semua penunjuk seperti ketinggian dan lainnya berada di posisi nol. Pilot sempat mengingatkan awak lainnya untuk waspada dan meminta masing-masing memeriksa sabuk pengaman untuk pendaratan darurat. Saya yang duduk di bangku belakang berdampingan dengan Ir. Firman Sunoto hanya bisa berdoa memohon perlindungan dari Tuhan karena saya pada waktu itu tidak tahu apa yang mesti saya lakukan. Saya mencoba meraih apa saja yang bisa dijadikan pegangan.”

Pesawat akhirnya jatuh menghujam bumi di area perkebunan dan patah menjadi tiga bagian. Pesawat dengan tipe Cessna SR2500 itu jatuh didaerah Cibogo, Subang. Pilot dan co-pilot meninggal dunia seketika sedangkan Hermanus dan rekannya yang lain hanya mengalami luka-luka.

Tuhan Masih Sayang Kepada Saya

Beruntunglah Hermanus karena tidak ada luka serius yang terjadi padanya.
“Saya hanya mendapatkan luka kecil di bagian lengan kiri dan di pipi. Saya sempat pingsan ketika pesawat menghantam tanah dan saya tidak tahu apa yang terjadi setelah itu. Saya baru tersadar ketika saya sudah berada beberapa meter dari jatuhnya pesawat, dan ada seorang bapak memapah saya kemudian menanyakan apakah saya masih bisa dibonceng naik motor untuk dibawa ke puskemas. Saya menjawab ‘bisa’ kemudian saya dilarikan ke puskemas Cibogo Subang sekitar jam 09.20 WIB dengan dibonceng sepeda motor. Sorenya sekitar jam 17.00 WIB saya dijemput komandan dan staf dari Lanud. Sulaeman Bandung kemudian dibawa ke Rumah Sakit TNI AU, dr. Salamon Ciumbeluit Bandung. Setelah kejadian itu saya sangat bersyukur sekali karena Tuhan masih memberi kesempatan kepada saya untuk menikmati hidup bersama keluarga, dan saat ini saya bisa berkata ‘Tuhan masih sayang pada saya’.”


Saat Hermanus diperhadapkan kepada kematian, dia hanya bisa berdoa dan berharap kepada Yesus.
“Saya cuman bisa berdoa, ‘Tuhan, tolong saya.’ Dengan kecelakaan ini saya masih diselamatkan dengan kondisi yang boleh dikatakan masih fit, bagi saya itu suatu mukjizat yang diberikan Tuhan kepada saya. Saya sangat-sangat berterima kasih kepada Tuhan karena Tuhan telah menyelamatkan saya. Saya yakin dan percaya bahwa Tuhan Yesus itu akan selalu melindungi dan menyertai saya di tiap langkah hidup saya.”

Makin Berkomitmen Kepada Tuhan

“Saya tidak henti-hentinya mengucap syukur kepada Tuhan karena saya sudah diselamatkan dari maut. Saya percaya ini semua adalah campur tangan dan Kuasa Tuhan yang bekerja dalam hidup saya. Sejak kejadian itu dimana Tuhan telah menolong saya, saya berjanji akan lebih rajin lagi mengikuti kegiatan gereja. Puji Tuhan kalau saat ini saya boleh dekat dengan Tuhan melalui Gereja Roma Katolik Bunda Tujuh Kedukaan Pandu Bandung. Saya juga melayani sebagai ketua kring lingkungan Santa Cicilia Sukasari. Seandainya saya ditanya apa masih ingin terbang lagi? Saya akan menjawab ‘Ya’ karena saya tidak perlu takut karena Tuhan Yesus beserta dengan saya dan DIA-lah yang berkuasa atas hidup saya.”(les)

Dan Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus-menerus, dalam segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu sekalian. (II Tesalonika 3:16)

Kata-kata bijak

Think before you do something

Today before you think of saying an unkind word
Think of someone who can't speak

Before you complain about the taste of your food
Think of someone who has nothing to eat

Before you complain about your husband or wife
Think of someone who's crying out to God for companion

Today before you complain about life
Think of someone who went too early to heaven

Before you complain about your children
Think of someone who desires children but they're barren

Before you argue about your dirty house didn't clean or sweep
Think of the people who are living in the streets

Before whining about the distance you drive
Think of someone who walks the same distance with their feet
And when you are tired and complain about your job
Think of the unemployed, the disabled and those who wished they had your job
But before you think of pointing the finger or condemning another
Remember that not one of us are without sin and we all answer to one maker
And when depressing thoughts seem to get you down
Put a smile on your face and thank God you're alive and still around

Life is a gift Live it... Enjoy it... Celebrate it... And fulfill it.
And while you are at it give love to someone today
Love someone with what you do and the words you say
Love is not meant to be kept locked inside of us and hidden
So give it away "Give Love to someone today!"


Bersyukurlah atas segala milikmu

Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga.

Kami berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, " Ini adalah Seksi Penerimaan. Disini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah diterima".

Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.

Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua.

Malaikat-ku berkata, "Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Disini kemuliaan dan rahmat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya". Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.

Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk disana, hampir tidak melakukan apapun.

"Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikatku pelan. Dia tampak malu.
"Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku.
"Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas.
"Setelah manusia menerima rahmat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan "terima kasih".

"Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas rahmat Tuhan?", tanyaku.
"Sederhana sekali", jawab Malaikat. "Cukup berkata : Terima kasih, Tuhan. Dan berbuatlah kebajikan bagi sesamamu serta jauhilah kejahatan".

"Lalu, rahmat apa saja yang perlu kita syukuri", tanyaku.

Malaikat-ku menjawab, "Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini.

"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.

"Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.

Juga.... "Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan ...
engkau lebih dirahmati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup
hingga hari ini.

"Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat .... Maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia".

"Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan.

"Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima rahmat ganda, yaitu bahwa
seseorang yang mengirimkan ini padamu berpikir bahwa engkau orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa, engkau lebih dirahmati daripada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak dapat membaca sama sekali".

Nikmatilah hari-harimu, hitunglah rahmat yang telah Allah anugerahkan kepadamu.

Selamat menjalani hidup baru dengan penuh Rahmat Tuhan......!



Easy vs Hard

Why is it so hard to tell the truth but Yet so easy to tell a lie?
Why are we so sleepy in church but Right when the sermon is over we suddenly wake up?
Why is it so hard to talk about God but yet so easy to talk about nasty stuff?
Why is it so boring to look at a Christian magazine, but yet so easy to look at a nasty one?

Why is it so easy to delete a Godly e-mail, but yet we forward all of the nasty ones?
Why are the churches getting smaller but yet the bars and dance clubs are getting larger?
Do you give up? Think about it

There are no costs, but wonderful rewards...
GOD BLESS!

Jesus Christ Is The Light

In the Darkness of Despair,
There is Light of Hope – Isaiah 9:2-7

In the Darkness of Suffering,
There is the Light of Life – John 1:1-13

In the Darkness of Oppression,
There is the Light of Salvation – Luke 2:1-5

In the Darkness of Fear,
There is the Light of Joy – Luke 2:6-11

In the Darkness of Anxiety,
There is the Light of Peace – Luke 2:12-17

In the Darkness of Uncertainty,
There is the Light of Wonder – Luke 2:17-20

In the Darkness of Suspicion,
There is the Light of Devotion – Matthew 2:1-12



Filter

Di Yunani kuno, Socrates terkenal memiliki pengetahuan yang tinggi dan sangat terhormat. Suatu hari seorang kenalannya bertemu denga filsuf besar itu dan berkata, "Tahukah Anda apa yang saya dengar tentang teman Anda?"

"Tunggu beberapa menit," Socrates menjawab. "Sebelum Anda menceritakan apapun pada saya, saya akan meberikan suatu test sederhana. Ini disebut Triple Filter Test."

"Triple filter Test?"

"Benar," kata Socrates. "Sebelum kita bicara tentang teman saya, saya kira bagus kalau kita mengambil waktu beberapa saat dan menyaring apa yang akan Anda katakan. Itulah sebabnya saya menyebutnya triple filter test."

Filter petama adalah KEBENARAN. "Apakah Anda yakin sepenuhnya bahwa yang akan Anda katakan pada saya benar?"

"Tidak," jawab orang itu, "Sebenarnya saya hanya mendengar tentang itu."

"Baik," kata socrates. "Jadi Anda tidak yakin bila itu benar. Baiklah sekarang saya berikan filter yang kedua, filter KEBAIKAN. Apakah yang akan Anda katakan tentang teman saya itu sesuatu yang baik?"

"Tidak, malah sebaliknya..."

"Jadi," Socrates melanjutkan, "Anda akan berbicara tentang sesuatu yang buruk tentang dia, tetapi Anda tidak yakin apakah itu benar. Anda masih memiliki satu kesempatan lagi karena masih ada sattu filter lagi, yaitu filter KEGUNAAN. Apakah yang akan Anda katakan pada saya tentang teman saya itu berguna bagi saya?"

"Tidak, sama sekali tidak."

"Jadi," Socrates menyimpulkannya, "bila Anda ingin mengatakan sesuatu yang belum tentu benar , buruk dan bahkan tidak berguna, mengapa Anda harus mengatakannya kepada saya?"

Itulah mengapa Socrates adalah filsuf besar dan sangat terhormat. Kawan-kawan, gunakan triple filter test setiap kali Anda mendengar sesuatu tentang kawan dekat atau kawan yang Anda kasihi.

Paulus, rasul dari Yesus kristus mengatakan, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap di dengar, semua yang disebut kebajikan dan patus dipuji, pikirkanlah semuanya itu... Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu." (Filipi 4:8-9)



AKu bertanya kepada Tuhan

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak kaya...
Lalu Dia menunjukan seorang pria dengan banyak harta, tetapi hidup kesepian, dan tidak memiliku siapapun untuk berbagi.

Aku bertanya kepada tuhan, mengapa aku tidak cantik...
Lalu Dia menunjukan seorang wanita dengan kecantikan yang melebihi lainnya, tetapi memiliki karakter yang buruk.

Aku bertanya kepada tuhan, mengapa Ia membiarkan aku menjadi tua...
Lalu Dia menunjukan seorang anak laki-laki berusia 16 tahun sedang terbujur kaku, meninggal karena kecelakaan mobil.

Aku bertanya kepada tuhan, mengapa aku tidak memiliki rumah besar...
Lalu Dia menunjukan sebuah keluarga yang beranggotakan 6 orang, baru saja di usir dari rumahnya yang kecil sesak... dan terpaksa tinggal dijalanan.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku harus bekerja...
Lalu Dia menunjukan seorang pria, yang tidak bisa menemukan satu pekerjaan pun. Karena tidak pernah memiliki kesempatan untuk belajar membaca.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak menjadi orang terkenal...
Lalu Dia menunjukan seorang yang memiliki banyak sahabat, tetapi semuanya pergi ketika orang itu tidak memiliki harta lagi.

Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku tidak pintar...
Lalu Dia menunjukan seorang yang terlahir jenius, tetapi dipenjara karena menyalahgunakan kepintarannya untuk kejahatan.

Aku bertanya kepada Tuhan,
mengapa Ia begitu sabar dengan orang yang tidak bisa bersyukur seperti aku...
Dia lalu menunjukan AlkitabNya...Dia menunjukan Anaknya,
yang telah mengambil alih tempatku di Kalvari.

Aku tahu sekarang betapa besar Ia mengasihiku...
Dan itu sudah cukup bagiku


Hidup untuk apa?

Apa tujuan hidup Anda? cobalah sejenak memikirkan, merenungkan, dan menggumuli pertanyaan itu. Itu penting agar hidup kita tidak seperti layangan putus, terombang-ambing.

Tuhan menciptakan dan memberi kita hidup, tentunya tidak sekedar untuk mati. Pasti ada misi bagi kita. Ada dua misi, yaitu misi individual dan misi universal. Misi universal yang berlaku bagi semua orang percaya adalah menjadi garam dan terang dunia.

Garam dapat mencegah pembusukan daging dan memberi cita rasa pada makanan. Orang romawi dulu bahkan menganggap garam sebagai benda paling bersih dan jernih, karena berasal dari dua benda yang juga paling bersih dan jernih, yaitu matahari dan laut. Karena itu, garam selalu dihubungkan dengan kemurnian.

Adapun Terang memampukan kita untuk membedakan jalan yang benar dan salah. Terang juga dapat menjadi alat penyelamatan. Dan banyak lagi manfaat terang. Bahkan sesungguhnya, tapa terang dunia, tidak akan pernah ada kehidupan.

Itulah misi kita yang sesungguhnya, menjadi garam dan terang. Apakah orang-orang di sekitar kita betul-betul bersyukur dengan kehadiran kita? Pertanyaan ini baik menjadi bahan intropeksi kita, untuk menilai sejauh mana kita sudah mengemban misi kita.

Ada seorang yang sejak muda sangat gigih untuk mengejar keberhasilan. Dan betul, ia berhasil. Ia tidak saja menjadi orang sangat kaya, tapi juga pandai dan punya jabatan tinggi. Semua orang terkagum-kagum dengan kesuksesannya. Tetapi, ketika ia sudah tua dan pensiun, ia menengok kehidupan yang sudah ia jalani, dan merasa sangat hampa. "Semua itu seperti usaha menjaring angin," katanya mengutip kitab Pengkhotbah, "sia-sia di atas segala kesia-siaan."

Kita semua pada dasarnya sedang menunggu giliran untuk bertemu dengan kematian. Hari ini si Polan, kemarin si Pulin, besok entah siapa lagi. Suatu saat akan tiba giliran kita. Entah kapan, tetapi pasti. Pertanyaannya, apa yang akan dikenang orang ketika kita tiada? Akankah kita hilang dan dilupakan?

Ada cerita tentang seorang pria yang mempunyai 4 istri. Suatu saat pria itu sakit parah, dan sudah hampir mati. Ia ingin istrinya menemani sampai pada kematiannya. Maka, dipanggillah istri ke empat, wanita yang cantik jelita dan seksi. "Istriku, aku akan mati. Temani aku, sampai aku mati," pintanya.

"Menemanimu sampai mati? Tidak, aku tidak mau," jawab si istri sambil pergi tanpa menoleh lagi kepadanya.

Istri ketiga dipanggil, wanita dengan berpenampilan modis dan trendi. Permintaan yang sama dia ajukan. "Apa? Menemanimu sampai mati?" sahutnya. "Tidak mau. Lebih baik aku menikah lagi."

Istri kedua dipanggil, wanita berpenampilan biasa. Kepadanyalah sang suami sering meminta pendapat tentang berbagai hal. "Istriku, tak lama lagi aku akan mati, aku ingin sekali kamu ikut denganku," pinta si suami.

"Aku tidak bisa sekalipun aku mau," jawab si istri. "Aku hanya bisa menemanimu sampai lubang kubur."

Terakhir, Istri pertama, wanita sederhana. Permintaan yang sama diajukan padanya, "Suamiku," jawab sang istri. "Tidak usah khawatir. Tanpa kamu minta, aku akan menyertaimu selamanya, bahkan sampai pada kematianmu."

Pada dasarnya, kita memiliki empat "istri". Yang pertama, tubuh jasmani kita. Betapa pun baiknya kita menjaga dan merawatnya, tubuh jasmani akan meninggalkan kita, hilang tanpa bekas. Yang kedua adalah kekayaan dan jabatan. Ketika meninggal, kita tidak akan membawanya serta, dan justru akan beralih keorang lain. Ketiga adalah teman-teman, kerabat dekat, dan keluarga kita; seberapa pun besarnya kasih sayang mereka kepada kita, mereka hanya bisa mengantar kita sampai ke lubang kubur, tidak lebih. Yang keempat adalah iman dan karya kita selama hidup didunia, yang akan menyertai kita sampai mati.

Maka, benarlah kata pepatah, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, sedang manusia mati meninggalkan karya; Karya untuk Tuhan dan sesama. Dengan menjadi garam dan terang dunia; kita dapat membuat dunia ini lebih baik.


Renungkan

Berapa umur kita saat ini?
25 tahun, 35 tahun, 45 tahun atau bahkan 60 tahun...
Berapa lama kita telah melalui kehidupan kita?
Berapa lama lagi sisa waktu kita untuk menjalani kehidupan?
Tidak ada seorang pun yang tahu kapan kita mengakhiri hidup ini.

Matahari terbit dan kokok ayam menandakan pagi telah tiba.
Waktu untuk kita bersiap melakukan aktivitas, sebagai karyawan, sebagai
pelajar, sebagai seorang profesional, dll.
Kita memulai hari yang baru.
Macetnya jalan membuat kita semakin tegang menjalani hidup.
Terlambat sampai di kantor, itu hal biasa.
Pekerjaan menumpuk, tugas dari boss yang membuat kepala pusing, sikap anak
buah yang tidak memuaskan, dan banyak problematika pekerjaan harus kita
hadapi di kantor.

Tak terasa, siang menjemput...
"Waktunya istirahat..makan- makan.."
Perut lapar, membuat manusia sulit berpikir.
Otak serasa buntu.
Pekerjaan menjadi semakin berat untuk diselesaikan.
Matahari sudah berada tepat di atas kepala.
Panas betul hari ini...

Akhirnya jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja...
Perut kenyang, bisa jadi kita bukannya semangat bekerja malah ngantuk.
Aduh tapi pekerjaan kok masih banyak yang belum selesai.
(Belum lagi kalau terkadang harus menghadapi 'manusia-manusia sulit' yang menghambat pekerjaan kita )

Mulai lagi kita kerja, kerja dan terus bekerja sampai akhirnya terlihat di sebelah barat...
Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah.

Gelap mulai menjemput.
Lelah sekali hari ini.
Sekarang jalanan macet.
Kapan saya sampai di rumah.
Badan pegal sekali, dan badan rasanya lengket.
Nikmat nya air hangat saat mandi nanti.
Segar segar...
Ada yang memacu kendaraan dengan cepat supaya sampai di rumah segera, dan ada yang berlarian mengejar bis kota bergegas ingin sampai di rumah.
Dinamis sekali kehidupan ini.

Waktunya makan malam tiba.
Ibu kita telah menyiapkan makanan kesukaan kita.
"Ohh..ada sop ayam".
"Wah soto daging buatan ibu memang enak sekali", anak memuji masakan Ibunya.
Itu juga kan yang sering kita lakukan.
...Selesai makan, bersantai sambil nonton TV.
Tak terasa heningnya malam telah tiba.
Lelah menjalankan aktivitas hari ini, membuat kita tidur dengan lelap.
Terlelap sampai akhirnya pagi kembali menjemput dan mulailah hari yang baru lagi.
Kehidupan..ya seperti itu lah kehidupan di mata sebagian besar orang.
Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur adalah kehidupan.

Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak ada bedanya dengan hewan yang puas dengan bisa bernapas, makan, minum, melakukan kegiatan rutin, tidur.
Siang atau malam adalah sama.
Hanya rutinitas... sampai akhirnya maut menjemput.
Memang itu adalah kehidupan tetapi bukan kehidupan dalam arti yang luas.
Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam menjalankan kehidupan.
Kehidupan bukanlah sekedar rutinitas.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang yang kita sayangi.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani setiap umat manusia.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tua kita, saudara, serta mengasihi sesama kita.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang arti kehidupan.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa ..
Kehidupan adalah ... dll.

Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani.
Berapa tahun kita telah melalui kehidupan kita ?
Berapa tahun kita telah menjalani kehidupan rutinitas kita ?
Akankah sisa waktu kita sebelum ajal menjemput hanya kita korbankan untuk sebuah rutinitas belaka ?
Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1 tahun lagi, mungkin sebulan lagi, mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi.

Hanya Tuhanlah yang tahu...
Pandanglah di sekeliling kita...ada segelintir orang yang membutuhkan kita.
Mereka menanti kehadiran kita.
Mereka menanti dukungan kita.
Orang tua, saudara, pasangan, anak, sahabat dan sesama......
Serta Tuhan yang setia menanti ucapan syukur dari bibir kita.

Bersyukurlah padaNYA setiap saat bahwa kita masih dipercayakan untuk menjalani kehidupan ini.
Buatlah hidup ini menjadi suatu ibadah.
Selamat menjalani hidup yang lebih berkualitas.

Kegelapan sebelum Fajar

Kesulitan itu sesuatu hal yang wajar. Dalam pekerjaan iman seperti ini, tidak ada jalan yang mudah untuk mencapai tujuan yang mulia. Sementara itu kita juga tidak akan membayar dengan harga yang murah untuk mendapatkan sesuatu yang tidak bernilai. Kesulitan adalah sesuatu yang berjalan berdampingan dengan kebenaran. Kesulitan melekat pada kebenaran seperti getah di buah nangka. Seperti layaknya bau durian yang tidak dapat ditutupi.

Mereka yang mencintai kebenaran harus bertahan keras seperti layaknya orang - orang dengan tekad baja, namun di saat yang sama juga menjadi orang yang berhati mulia dan bening seperti kaca. Hati seperti kaca adalah cerminan dari hati yang bersih dari keinginan-keinginan dan tujuan-tujuan pribadi. Dan hati seperti kaca juga sangat sensitif serta mudah hancur ketika melihat ketidakadilan di tengah dunia. Hati yang hancur ini bukanlah cerminan dari hati yang lemah dan tekad baja tidak mudah tergoncangkan.

Untuk menikmati indahnya fajar, tidak ada jalan lain kecuali melalui gelapnya malam. Pdt. Damanik menambahkan, "Di tengah dunia ini, saya seringkali menjumpai kebenaran jarang sekali menang, malah banyak kali kebenaran harus tumbang di tengan jalan. Namun demikin saya meyakini suatu hari nanti kebenaran akan dibukakan. Tuhan adalah kebenaran yang abadi. Ia Maha Pengampun dan memberkati kita dengan anugerah dan kebenaran yang memberikan kita kuasa serta kemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan dan penderitaan".

The Holy Alphabet

A lthough things are not perfect
B ecause of trial or pain
C ontinue in thanksgiving
D o not begin to blame
E ven when the times are hard
F ierce winds are bound to blow
G od is forever able
H old on to what you know
I magine life without His love
J oy would cease to be
K eep thanking Him for all the things
L ove imparts to thee
M ove out of "Camp Complaining"
N o weapon that is known
O n earth can yield the power
P raise can do alone
Q uit looking at the future
R edeem the time at hand
S tart every day with worship
T o "thank" is a command
U ntil we see Him coming
V ictorious in the sky
W e'll run the race with gratitude
X alting God most high
Y es, there'll be good times and yes some will be bad, but...
Z ion waits in glory...where none are ever sad!



Koq githu....???

Kenapa harus ada malam?
Untuk menunjukan indahnya sinar bulan dan bintang..

Kenapa hujan harus turun?
Untuk membasahi tempat-tempat yang tandus...

Kenapa juga matahari bersinar terik disiang hari?
Untuk mengeringkan sisa air hujan tadi, cucian nyokap, dsb.. ^^

Truz, kenapa semua manusia pernah jatuh dalam dosa (termasuk kita lho..)?
Untuk menyatakan bahwa Allah itu penuh KASIH dan PENGAMPUNAN.. ?
Juga untuk mempersiapkan kita untuk jadi saksi hidup, setelah kita di "reparasi” dan menyatakan bahwa semua orang GAK TERKECUALI bisa mendapatkan KASIH ANUGRAH Allah..

Yux, kita mau bersyukur atas apapun yang TELAH, SEDANG maupun AKAN terjadi dalam hidup kita, coz, semua udah terencana dengan indah jika kita mau punya roh yang takut akan Tuhan..
Truz, ayo, kita mau semangat untuk bersaksi sama siapapun orang yang kita kenal, siapapun yang kita tau, bahkan siapapun yang akan kita temui..!!! ^0’

Jangan pernah merasa ‘gue gak layak..’
Coz Tuhan TIDAK melihat kesalahan-kesalahan dimasa lalu, tapi Tuhan rindu akan HATI YANG HANCUR..

Jangan pernah merasa ‘gue gak bisa…’
Coz, selalu Tuhan berikan kepada kita HIKMAT saat kita bersaksi…
‘Bersaksi’pun bisa kita tunjukan lewat perbuatan-perbuatan kita yang telah BERUBAH..
Jangan pernah merasa ‘gue takut, ah...’
Coz, percaya deh, ROH YANG ADA DIDALAM KITA LEBIH BESAR DARIPADA ROH YANG ADA DIDUNIA INI..

Wow…!!!! Sekeren itu lho jadi anak Allah.. ‘0’

It’z not because “If you ‘COULD’, you ‘WOULD’..”
But it’z cause “If you ‘WOULD’, you ‘COULD’..”


Sungguh, hatinya melekat kepadaKu, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal namaKu.
Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakkan,
Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.
Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari padaKu."
mazmur 91 : 14 - 16

Be different, be radicalle..
Alwayz be blezzed..!!!
^0’
Antusiaz......!!!!!!!!

Kebiasaan

Aku adalah teman tetapmu

Aku adalah penolongmu yang terbesar atau bebanmu yang terberat.

Aku akan mendorongmu maju atau menyeretmu menuju kegagalan.

Aku sepenuhnya tunduk kepada perintahmu.

Sebagian hal yang kulakukan mungkin sebaiknya kamu serahkan saja kepadaku,
maka aku akan dapat melakukannya dengan cepat dan tepat.

Aku mudah diatur - kamu tinggal tegas terhadapku.

Tunjukkan kepadaku bagaimana persisnya kamu ingin sesuatu itu dilaksanakan
dan setelah beberapa kali belajar aku akan melakukannya dengan otomatis.

Aku adalah hamba dari semua insan besar, dan sayangnya, juga hamba dari semua pecundang.

Mereka yang besar, telah kujadikan besar.

Mereka yang gagal, telah kujadikan pecundang.

Aku bukan mesin, walaupun aku bekerja dengan ketepatan seperti mesin ditambah intelejensi manusia.

Kamu bisa menjalankan aku demi keuntungan atau demi kehancuran - tak ada bedanya bagiku.

Ambillah aku, latihlah aku, tegaslah terhadapku, maka aku akan meletakkan dunia di kakimu. Kendorlah terhadapku maka aku akan menghancurkanmu.

Siapakah aku?

Aku adalah Kebiasaan.


JADILAH PELITA

Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta itu terbahak berkata: "Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok." Dengan lembut sahabatnya menjawab, "Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu."

Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!" Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!" Pejalan itu menukas, "Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!"

Si buta tertegun.... Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta." Si buta tersipu menjawab, "Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya."

Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.

Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf, apakah pelita saya padam?" Penabraknya menjawab, "Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama."

Senyap sejenak... secara berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang buta?" Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya...," sembari meledak dalam tawa.

Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.

Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam benak orang ini,
"Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka."

Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).

Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan "pulang", ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf. Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk "membuta" walaupun mereka bisa melihat.

Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu. Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya.
Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.

Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan. Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam?

JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.

Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan:
Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.

Keledai

Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam semetara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup - karena berbahaya);jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian.Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.

Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara tetangga-2 si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga mengunca! ngkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !

Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari 'sumur' (kesedihan, masalah,dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari 'sumur' dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.

Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari 'sumur' yang terdalam dengan terus berjuang,jangan pernah menyerah !

Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :
1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan
3. Hiduplah sederhana
4. Berilah lebih banyak
5. Tersenyumlah
6. Miliki teman yang bisa membuat engkau tersenyum

Kisah Sebuah Jam

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?" "Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?"

"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?" "Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?" "Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam. "Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?" "Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

Renungan :
Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun.

Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernah mencobanya.

Humor rohani

Perbedaan Pria dan Cowok

P : Pria
C : Cowok

P : Tahu jelas lima tahun lagi ia mau jadi apa.
C : Tidak jelas lima menit lagi ia mau berbuat apa.

P : Jago membuat wanita merasa tenang.
C : Jago membuat cewek merasa senang.

P : Bacaannya John Grisham, mainannya golf, tontonannya CNN.
C : Bacaannya Harry Potter, mainannya bilyar, tontonannya MTV.

P : Sebelum umur 30 sudah banyak uang.
C : Sebelum umur 30 sudah banyak dosa.

P : Seimbang antara penghasilan dan pemasukan.
C : Seimbang antara hutang dan pembayaran minimum.

P : Mendukung emansipasi wanita, tapi tetap membayari bon makan wanita.
C : Mendukung emansipasi wanita dengan membiarkan wanita bayar sendiri.

P : Punya akuntan, penjahit dan dokter langganan.
C : Punya salon, kafe dan bengkel langganan.

P : Meminta Anda nimbrung ngobrol kalau mamanya menelepon.
C : Pura-pura Anda tidak bersamanya jika mamanya menelepon.

P : Putus dengan pasangannya sambil berjabatan tangan dan mengakui sulitnya menjembatani perbedaan antar mereka berdua, diiringi ucapan, Kita tetap bisa berteman selamanya.
C : Putus dengan pasangannya sambil kabur dari rumah, merokok berbatang -batang, plus ucapan, Jangan undang aku ke pernikahanmu nanti!

P : Mencintai wanita 10 % pada pertemuan awal dan meningkat terus.
C : Mencintai wanita 100 % pada pertemuan awal dan menurun terus.

P : Berpikir dewasa seperti orang usia 40 tahun saat berusia 17 tahun.
C : Berpikir kekanakan seperti orang usia 17 tahun saat berusia 40 tahun.

P : Bisa menang hanya dengan otak dalam konflik.
C : Cuma bisa ngamuk, adu mulut, n adu otot kalo konflik.

P : Mikirnya Aku masih kurang pengetahuan, harus belajar lebih banyak.
C : Mikirnya Aku yang terhebat di muka bumi, siapapun aku hadapin !!!.

P : Otak no 1, digabungin otot kalo terpaksa.
C : Otot no 1, ditambah otak kalo punya.

P : Main sepeda agar tambah perkasa.
C : Main sepeda biar dipuji wanita.

Humor : ANNIE BUDDY? ANNIE WAN? NOE WAN? SUM BUDDY?

Lee Sum Wan : Hello can I speak to Annie Wan?

Mr Sori : Yes u could speak to me.

Lee Sum Wan : No! I want to speak to Annie Wan!

Mr Sori : You are now talking to someone! Who is this?

Lee Sum Wan : I'm Sum Wan. And I need to talk to Annie Wan! It's urgent!

Mr Sori : I know u are someone and u want to talk to anyone! But what's this urgent matter about?

Lee Sum Wan : Well just tell my sister Annie Wan that our brother was involved in an accident. Noe Wan got injured and now Noe wan is being sent to the hospital. Right now Avery Wan is going to the hospital.

Mr Sori : Look if no one was injured and no one was sent to the hospital from the accident that isn’t an urgent matter! You may find this hilarious but i dont have time for this!!!

Lee Sum Wan : You are rude. Who are you?

Mr Sori : I'm Sori.

Lee Sum Wan : You should be sorry. Now give me your name!

Mr Sori : I'm Sori!!

Lee Sum Wan : I don't like your tone of voice Mr and I don't care, give me your name!

Mr Sori : Look lady, I told you already I'm Sori! I'm Sori!! I'm SORI!!! You didn't even give me your name!

Lee Sum Wan : I told u before I'm Sum Wan! Sum Wan!!! You better be careful my father is Sum Buddy. And my uncle holds a very big position in the company. He is Noe Buddy!

Tampang setan

Sultan berkunjung ke kota tempat tinggal Nasrudin Hoya, pesohor setempat.

"Kata orang, kau adalah orang yang penuh pengetahuan, bersekutu dengan bala kegelapan, mempunyai kekuatan gaib dan mantra ajaib. Mereka bahkan mengatakan, bahwa kau mempunyai hubungan dengan setan itu sendiri!"

"Begitulah kata orang," jawab Nasrudin sambil mengangguk-angguk keheranan.

"Nah, katakan padaku, kalau kau masih menyayangi nyawamu," Gertak sultan, sedikit jengkel oleh tanggapan Nasrudin, "Bagaimana sebenarnya tampang setan itu?"

"Baiklah, Paduka yang mulia,' Jawab Nasrudin sambil tersenyum. Ia menyodorkan cermin kepada Sultan dan berkata, "Silahkan Paduka melihatnya sendiri."

Pendeta naik haji

Seorang haji bertetangga baik dengan seorang pendeta, rumah mereka berada disebuah lembah dan pada musim penghujan sering kebanjiran. Suatu ketika, hujannya cukup deras, sehingga air cukup tinggi. Karena Pak Haji badannya tinggi besar, dalam perjalanan menuju tempat pengungsian, ia menggendong Pak Pendeta agar tidak tenggelam.

"Apakah Pak Haji pernah mendengar seorang pendeta naik haji?" tanga Pak Pendeta.

"Ah, yang benar saja Pak Pendeta, mana ada?" jawab Pak Haji.

"Lah, yang saya lakukan ini, apa?" kata Pak Pendeta lagi.

"Wah, kalau berita tentang seorang haji membaptis pendeta, apakah Pak Pendeta sudah pernah melihat?" balas Pak Haji

"Ah, yang benar saja, Pak Haji!"

"Pak Pendeta tidak percaya? coba lihat ini!" jawab Pak Haji seraya melepaskan gendongannya.



Humor : Neraka

Seorang penjahat kelas kakap tertembak mati oleh polisi.
Langsung saja dia dibawa oleh iblis ke neraka.

Namun alangkah terkejutnya ia ketika mendapati bahwa suasana di neraka sungguh indah..ada taman penuh bunga, banyak artis top berseliweran, bahkan ada taman bermain yang semuanya free alias gratis!

langsung saja ia melangkah masuk namun ia ditahan oleh si iblis, kata si iblis: "Tunggu dulu..waktumu belum tiba..kamu akan aku kirim kembali ke dunia, berbuatlah jahat lagi maka kunjungan berikutnya pasti kamu akan masuk neraka..".

Walaupun kecewa, sang penjahat menuruti si iblis..

Ia dikembalikan ke dunia berbuat lebih jahat lagi dan akhirnya ia mati tertembak .

Ia diantar kembali oleh iblis yg sama namun kali ini ia kaget setengah mati neraka terlihat merah oleh api dimana-mana terdengar jeritan dan tangisan ditengah kebingungan ia bertanya pada si iblis "Loh khan neraka bukan seperti ini kemarin, mana taman bunganya? artis? dan taman bermainnya?"

si iblis tersenyum sambil berkata: "oooh....yang waktu itu bulan promosi...."

^-^ ^v^ ^o^
Have u smile today?? GBU

SEORANG ATHEIS dan SEEKOR BERUANG

Seorang atheis sedang berjalan di tengah hutan.

"Wah! Sungguh indah pohon-pohon, sungai dan binatang-binatang di sini!" katanya sambil menikmati pemandangan di sekelilingnya.

Saat sedang berjalan dipinggiran sungai, tiba-tiba ia mendengar suara dari balik semak. Seekor beruang besar setinggi 2 meter muncul menyerangnya!

Dia berusaha lari, tapi malah tersandung dan tersungkur ke tanah. Pada waktu ia berusaha untuk bangun, ia melihat beruang itu sudah tepat diatasnya, dengan cakarnya yang sudah siap merobek-robek.

Si atheis kontan menjerit: "Oh Tuhaaannn!!! "

Dan mendadak waktu berhenti. Beruang itu menjadi diam, aliran sungai terhenti dan seisi hutan menjadi sepi. Seberkas sinar muncul menerpa, dan suara dari langit terdengar.

Suara: "Selama ini kamu menentangKu, menghasut semua orang bahwa Aku ini tidak ada, serta menyangkal semua ciptaanKu. Berani-beraninya kamu menyebut namaKu untuk minta tolong! Haruskah Aku menolong kamu?"

Atheis: "Mungkin terlalu munafik dan tidak adil bagiMu Tuhan, jika saya mendadak memintaMu untuk menganggap saya orang beriman dan langsung menolongku, tapi sudikah Kau menjadikan beruang ini beriman kepadaMu?"

Suara: "Baiklah."

Sinar surgawi itu pun lenyap dan seketika itu juga semua kembali seperti semula. Beruang itu masih berdiri di depan si atheis, namun tidak jadi menyerangnya, malah melipat kedua cakarnya, menundukkan kepalanya sambil berkata,

Beruang: "Ya Tuhan, berkatilah makanan yang sudah tersedia di depan saya ini... agar makanan ini menjadi kekuatan bagi saya untuk memuliakan namaMu,
amin ..."


Di Gereja Tidak Boleh Berisik

Sebelum mengakhiri kelasnya, guru Sekolah Minggu bertanya kepada murid-muridnya.

Guru : "Kenapa kalo di gereja kita tidak boleh berisik?"

Murid: "Karena di gereja ada yang lagi tidur."


Humor : Kakek Nenek Pikun

Nenek: "Mau kemana?"
Kakek: "Oh aku mau ke dapur sebentar untuk mengambil segelas air"
Nenek: "Kalau begitu sekalian tolong bawakan aku es krim vanila"
Kakek: "OK .."
Nenek: "Eh tunggu sebentar, apakah tidak sebaiknya kamu tulis pesananku itu supaya kamu tidak lupa?"
Kakek: "Ah tidak perlu, aku ingat kok ... es krim vanila kan ?"
Nenek: "Kalau begitu sekalian tambahkan strawberry dan krimnya"
Kakek: "Beres .. !!"
Nenek: "Ah sebaiknya kamu tulis semua pesananku itu, nanti pasti kamu lupa semuanya"
Kakek: "Jangan khawatir aku masih ingat kok, es krim vanila, strawberry dan krimnya bukan?"
Dua puluh menit kemudian sang kakek datang dan memberikan kepada nenek sepiring daging dan beberapa butir telur rebus.
Nenek: (Dengan wajah cemberut) "Nah, apa kataku, kamu lupa kan pesananku ... makanya ditulis dulu"
Kakek: "Lho memangnya kamu tadi pesan apa sih?"
Nenek: (Dengan wajah yang masih cemberut) "Roti bakar isi strawberry."

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-
Dapatkan humor-humor lainnya di
Ingin tahu lebih banyak mengenai bola ini kunjungi YukKetawa :)

Tebak-tebakan Nabi Musa

Q : Apakah yang akan terjadi seandainya Musa melemparkan - bukan mengacungkan - tongkatnya ke Laut Merah?

A : Ya, basah!


Doa Paskah "Humor"

Seorang anak diajak oleh orang tuanya pergi ke kebaktian Jumat Agung. Pada malamnya, sebelum tidur ia ingat kotbah yang didengarnya pagi itu, lalu dengan pelan-pelan ia berdoa:

"Terima kasih Yesus, karena Engkau mau disalib bagi aku. Terima kasih juga karena aku tidak harus ada di sana melihat Engkau disalib, karena aku nggak mungkin tahan ..."
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-


Siapa mau ke surga

Guru Sekolah Minggu tersenyum pada murid-muridnya dan bertanya, "Siapa yang ingin pergi ke Surga, coba angkat tangan!" Semua murid-murid di kelas itu mengangkat tangannya, kecuali seorang anak kecil. Guru bertanya, "Kamu tidak ingin pergi ke Surga?" Murid itu menjawab, "Tidak, bu Guru. Ibu menyuruh saya segera pulang ke rumah, tidak boleh pergi kemana-mana".